Rabu, 10 Maret 2010

MENELADANI YESUS SEBAGAI GURU AGUNG




Dalam Alkitab sebutan Rabbi (Guru) kepada Yesus ada sebanyak 14 kali. Yesus sebagai guru (mengajar) ada 49 kali. Tujuan pengajaran Yesus adalah untuk mempersiapkan para murid-muridNya dan pengikutNya untuk dapat menerima karya penyelamatan Yesus. Oleh karena itu Dia mengajar dengan berbagai metode/cara pendekatan sesuai kemampuan para pendengarNya.
Metode yang digunakan: ceramah (Mat 5:7); bimbingan (Mat 10); menghafalkan (Mat 12:1-8); perwujudan (Mat 2:13-15); studi kasus (Luk 15); perjumpaan (Luk 7:36-50); perbuatan simbolis (Luk 24:32)
Berbicara tentang "guru Sekolah Minggu ", selalu ada dua hal penting yang patut menjadi perhatian utama kita, Pertama, mengenai kedudukan guru sebagai pribadi Kristen. Bagaimana sepatutnya ia memahami dan mengembangkan statusnya sebagai orang Kristen? Kedua, mengenai tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Apakah peranannya sebagai guru dalam melaksanakan tugas keguruan? Bagaimana ia sepatutnya mengemban tugasnya sebagai guru berdasarkan iman Kristiani yang dianutnya?
Peran strategis guru Sekolah Minggu sebagai berpengaruh langsung pada proses belajar mengajar anak-anak sekolah minggu. Kualitas proses hasil belajar ini, pada akhirnya ditentukan oleh kualitas pertemuan antara guru sekolah minggu dan anak sekolah minggu
.
Perkara yang sangat penting dikembangkan oleh seorang guru sekolah minggu adalah pengenalan mengenai jati dirinya sendiri sebagai orang Kristen. Kita memahami bahwa orang Kristen adalah "orang yang memberikan dirinya secara penuh kepada Yesus Kristus" (Kis 11:26). Orang Kristen ialah orang yang percaya dan menyambut sepenuhnya kedudukan dan peran Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat dan Raja atas kehidupannya. Pembukaan diri ini sebenarnya dimungkinkan oleh kuasa Allah sendiri, sebagai pekerjaan Allah Roh Kudus yang membuat seseorang memberi respons positif terhadap berita Injil (lihat Roma 1:16-17; 1 Kor 15:3-5). Dengan membuka diri, Roh Kudus berkenan hadir ke dalam hidup dan mendiami diri orang percaya. Dengan demikian, nyatalah permulaan orientasi hidup baru, perubahan hidup, pengertian rohani baru, kuasa dan dinamika hidup baru (Yoh 3:3,5; Roma 8:9-11; 2 Korintus 3:17-18; 5:17).
Kemudian sebagai guru sekolah minggu, terpanggil untuk bertumbuh ke arah pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus (bandingkan dengan Kolose 2:6-7; Galatia 2:19-20). Pengenalan tentang pribadi Yesus ini akan memungkinkan dia untuk semakin memahami kehendak Allah. Karena Yesus sendiri adalah jalan, kebenaran, dan hidup, membawa orang kepada pengenalan yang sejati akan karya Allah (Yoh 1:18; 14:6). Sebab, Yesus menyatakan dengan tegas bahwa di luar Dia, orang tidak dapat melakukan hal yang benar bagi kemuliaan Allah (Yoh 15:4,5,16). Di samping itu, hanya melalui persekutuan dengan Dialah, seorang guru sekolah minggu semakin menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Dan kebenaran yang dinyatakan Allah kepada setiap orang percaya menyangkut segi kognitif (intelek- pemikiran), segi moral, etis, serta spiritual. Selanjutnya kebenaran yang harus dikejar oleh guru sekolah minggu adalah kebenaran realitis, yaitu yang nyata dalam kehidupan. Kebenaran yang demikian akan berupaya membebaskan manusia seutuhnya (bandingkan dengan Yohanes 8:31-32; 17:17).
Marilah sekali lagi kita melihat dengan lebih jelas teladan yang telah diberikan oleh Yesus, Sang Guru Agung kita.
Yesus memiliki panggilan yang jelas.Yesus datang dari Allah karena itu Ia tahu persis untuk apa Dia datang (Yoh. 7:16-17). Demikian juga seorang guru harus tahu panggilannya untuk mengajar, membimbing dan menuntun murid-murid dalam pengenalan mereka kepada Allah.
Yesus menjalankan disiplin rohani.Yesus dalam banyak kesempatan membuktikan bahwa Ia memiliki hubungan yang intim dengan Bapa-Nya yang di surga. Seorang guru sekolah minggu yang tidak akrab dengan Firman Tuhan, tidak menjalankan kehidupan doanya dengan tekun dan tidak memiliki disiplin rohani lainya, maka tidak mungkin ia memiliki kekuatan untuk bertahan.
Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya.Yesus mengasihi anak-anak dan ingin mereka datang kepada-Nya (Mat. 18:2-5). Guru mengasihi anak-anak bukan karena mereka baik, lucu dan menyenangkan. Mereka juga mengasihi ketika anak-anak tidak pantas dikasihi karena guru memiliki kasih Kristus yang dapat mengasihi tanpa pamrih.
Yesus menggunakan beragam metode.Dia mengajar, memimpin diskusi, mengajukan pertanyaan, bercerita, menggunakan kehidupannya sehari-hari sebagai bahan ilustrasi dan bertatap muka secara langsung dengan orang-orang yang dijumpainya. Guru harus terus belajar supaya kemampuan dan ketrampilannya dalam mengajar semakin bertambah.
Yesus mengajar dengan penuh kuasa.Tidak seperti para ahli Taurat dan orang Farisi, banyak orang melihat Yesus mengajar dengan penuh kuasa. Jika seorang guru mengajar hanya sebatas dengan pengetahuannya dan kemampuannya berbicara saja maka apa yang diajarkan tidak akan membawa dampak yang kekal. Ketergantungannya pada karya Roh Kudus untuk membuat apa yang diajarkan menjadi hidup dan dipakai oleh Allah harus menjadi kesadaran utama seorang guru.
Howard G. Hendriks (Gangel and Hendriks, 1988), mengemukakan bahwa sedikitnya ada enam segi kehidupan Yesus yang senantiasa mengagumkan, yang perlu diteladani oleh seorang guru sekolah minggu:
1.Dalam segi kepribadian, Yesus memperlihatkan kesesuaian antara ucapan dengan perbuatan. Ia pun menuntut kesesuaian itu terjadi dalam diri murid-muridNya.
2.PengajaranNya sederhana, realistis, tidak mengambang. AjaranNya selalu sederhana dalam arti menyinggung perkara-perkara hidup sehari- hari.
3.Ia sangat relasional, dalam arti mementingkan hubungan antar pribadi yang harmonis.
4.Isi beritaNya bersumber dari Dia yang mengutusNya (Mat 11:27; Yoh 5:19). Selain tetap relevan bagi pendengarNya, ajaran Yesus bersifat otoratif dan efektif (Mat 7:28,29).
5.Motivasi kerjaNya adalah kasih (Yoh 1:14; Flp 2:5-11). Ia menerima orang sebagaimana adanya, serta mendorong mereka untuk berserah kepada Allah.
6.MetodeNya bervariasi, namun sangat kreatif. Ia bertanya dan bercerita. Ia melibatkan orang untuk memikirkan masalah yang diajukan. Selain itu, Ia mengenal orang yang dilayaniNya, tingkat perkembangan serta rohani mereka.
Seorang guru sekolah minggu juga perlu menyadari bahwa peranan Roh Kudus bukan hanya berlangsung dalam rangka pendewasaan iman dan peningkatan kualitas atau kesadaran akan kesucian hidup, tetapi juga di dalam rangka mengemban profesi sehari-hari. Roh Kudus ingin menyatakan kuasa dan kehadiranNya di dalam diri dan melalui orang. Penulis adalah Ketua Dewan Koinonia HKBP Cijantung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurut pendapat Anda ??